• About
  • Contact
  • Privacy Policy

Alianzi Muda Mudi Limus Ageung

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN DAYEUHLUHUR 3

 on Wednesday, 8 June 2011  

CERITA SINGKAT KERAJAAN DAYEUHLUHUR

(Bagian 3)

G.  RINEKSA PANCA SATYA
     Rineksa Panca Satya merupakan dasar filosofi dan jadi pedoman kehidupan di kerajaan Dayeuhluhur. Rineksa Panca Satya diucapkan pertama kali pada waktu penobatan Gagak Ngampar sebagai seorang raja di istana Salang Kuning.
Rineksa Panca Satya dapat diartikan secara harfiah sebagai berikut:
-        RINEKSA: berasal dari akar kata 'reksa' yg berarti memperhatikan sungguh-sungguh, dan mendapat sisipan 'in'. Sehingga Rineksa berarti berbagai upaya untuk mencurahkan perhatian dengan sungguh-sungguh.
-        PANCA: lima
-        SATYA: janji
Sehingga secara keseluruhan Rineksa Panca Satya berarti berbagai upaya untuk mencurahkan perhatian dengan sungguh-sungguh terhadap lima janji.
    
1.   Satya pertama:  'ANDIKA KUDU apal RAGRAG NA KALAKAY DI WALUNGAN CIJOLANG NEPI KA WALUNGAN GEDE'
Dalam bahasa Indonesia:
'Kamu harus mengetahui gugurnya daun kering di sungai Cijolang sampai sungai besar'
'Sungai besar' yang dimaksud disini adalah Segara Anakan.

Filosofi yang terkandung:
     Dalam menjalani kehidupan, khususnya terkait dengan tugas dan tanggung jawab, kita harus mengetahui segala yang berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut sampai hal yang sekecil-kecilnya. Satya pertama ini mengharuskan manusia untuk manjadi orang yang berpikir luas dan menyeluruh, adil, dan bijaksana.

2.   Satya kedua:  'ANDIKA ULAH TANGGAH KA GUNUNG, TAPI KUDU tungkul KA LAUT jeung SING JADI Sagara KAHIRUPAN'
Dalam bahasa Indonesia:
'Kamu jangan tengadah ke gunung, tetapi harus menunduk ke laut dan hendaknya menjadi lautan kehidupan'
Filosofi yang terkandung:
     Orang tidak bisa sombong, tetapi sebaiknya harus rendah hati, menyejukkan, dan berkenan menampung segala permasalahan orang lain dan memberikan bantuan selama kita masih hidup.

3.    Satya ketiga:  'ANDIKA ULAH NGALEUTIKEUN HATE BATUR Komo NGAHINA BISI Mantak SIAL'
Dalam bahasa Indonesia:
'Kamu jangan mengecilkan hati orang lain, apalagi menghina sebab dapat menyebabkan sial'
Filosofi yang terkandung:
     Orang tidak bisa menyepelekan, apalagi menghina orang lain. Sebab hinaan tersebut bisa saja suatu ketika berbalik dan membuat kesialan bagi orang yang menghina. Hendaknya kita memperlakukan orang lain dengan baik sebagaimana kita ingin diperlakukan demikian.

4.   Satya keempat: ' ANDIKA KUDU Sare BARI LOUD jeung LOUD BARI Sare'
Dalam bahasa Indonesia:
'Kamu harus tidur dalam bangun, dan bangun dalam tidur'
Filosofi yang terkandung:
     Orang janganlah terlena oleh suatu kondisi. Malainkan harus waspada dan selalu bersiap atas segala kemungkinan, tapi itu pun jangan membuat seseorang menjadi terbebani secara berlebihan. Harus pandai membawa diri dan bersikap dalam situasi yang berbeda-beda.

5.   Satya kelima  : 'LEMAH CAI jeung SAEUSINA ALAM IEU TEH getih jeung NYAWA ANDIKA ANU KUDU DIPUSTI-PUSTI jeung DIAGUNGKEUN'
Dalam bahasa Indonesia:
'Tanah air dan seisi alam ini adalah darah dan nyawa kamu yang harus dirawat dan diagungkan'
Filosofi yang terkandung:
Orang harus mencintai, menghargai, serta mampu merawat tanah airnya sendiri dan juga alam seisinya sebab semua itu adalah bagian dari kehidupan. Janganlah melupakan asal-usul, apalagi merusak.
     Jika diperhatikan, direnungkan, dan dihayati sungguh-sungguh dari mulai judul sampai satya terakhir, maka Rineksa Panca Satya masih relevan sebagai pedoman dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Oleh karena itu filsafat bernilai luhur ini seyogyanya dapat dijadikan pegangan dalam kehidupan oleh siapapun.

H.  TEMPAT KERAMAT DI DAYEUHLUHUR

1)   ARYA SALINGSINGAN / RADEN PERWATASARI
     Dia adalah seorang adipati Kawali yang berasal dari Panjalu. Pada masa hidupnya, Raden Perwatasari adalah seorang yang menentang pendudukan Belanda. Beberapa kali ia melakukan perlawanan, tetapi karena perbedaan kekuatan yang jauh, akhirnya dia kalah dan hidup berpindah-pindah demi menghindari kejaran Belanda. Hingga akhirnya Raden Perwatasari dapat ditangkap di Aria (sebuah dusun di Desa Bingkeng, Kecamatan Dayeuhluhur sekarang).
     Selama dalam pengejaran, sebenarnya Raden Perwatasari sering berpapasan (pasalingsingan; bhs. Sunda) dengan patroli Belanda, namun tidak ketahuan. Dari kejadian tersebut (berpapasan / pasalingsingan) akhirnya Raden Perwatasari dijuluki Arya Salingsingan.
     Raden Perwatasari dimakamkan di Dusun Aria, Desa Bingkeng, Kecamatan Dayeuhluhur sekarang. Di komplek pemakaman tersebut dikuburkan pula beberapa orang pengikut beliau. Makam Raden Perwatasari tersebut pernah dicari dan dikunjungi pihak Pemda Cianjur. Menurut orang Cianjur, Raden Perwatasari adalah pejuang dan pahlawan kabupaten Cianjur yang akan diusulkan menjadi pahlawan nasional.

2)   SABAKINGKIN
     Adalah sebuah komplek pekuburan di tengah sawah di sebelah barat lapangan Sabakingkin. Alkisah setelah kekalahan Sultan Ageng Tirtayasa - Banten dalam pertempuran melawan Sultan Haji yang dibantu Belanda, seorang yang sakti dari pihak Sultan Ageng Tirtayasa merasa kecewa atas peristiwa tersebut dan merantau ke timur, ke daerah di mana banyak pemerintah yang menentang Belanda. Hingga akhirnya orang ini sampai ke wilayah pemerintah Dayeuhluhur dan diterima oleh raja. Bahkan dipersilahkan memilih tempat tinggal yang diinginkan. Konon kesaktian orang ini adalah lidahnya dapat menjulur sangat panjang dan dapat dipergunakan pada pertempuran. Orang ini kemudian meninggal di kemudian hari di tempat yang dipilihnya.
     Nama Sabakingkin berasal dari dua suku kata, yaitu 'saba' yg artinya pergi, dan 'kingkin' yang artinya sangat sedih. Keramat Sabakingkin sampai sekarang masih banyak dikunjungi oleh orang-orang yang menghendaki kesaktian.

I.     CERITA LAIN
     SURADIKA
     Zaman dahulu, pemerintah Dayeuhluhur menganut agama Hindu. Sedangkan pada waktu itu pula berkembang kesultanan Cirebon yang menganut agama Islam. Sultan Cirebon berkeinginan untuk mengembangkan wilayah sekaligus syiar agama ke pemerintah Dayeuhluhur. Maka diutuslah orang yang memiliki kesaktian yang bernama Suradika. Dia diperkirakan diutus ke Dayeuhluhur antara zaman pemerintahan Prabu Arsagati atau Prabu Raksagati. Suradika datang ke pemerintah Dayeuhluhur menuju istana dan menantang raja Dayeuhluhur untuk mengadu kesaktian.
     Adu kesaktian pertama yang dilakukan oleh kedua orang tersebut adalah lomba makan. Pertandingan tersebut dilaksanakan di halaman karaton dan disaksikan oleh pembesar serta rakyat pemerintah Dayeuhluhur. Suradika diberi hidangan dengan lauk daging ayam, sementara sang Prabu makan dengan lauk daging kambing. Ketika lomba tersebut berlangsung, terjadilah keanehan. Daging ayam dalam hidangan Suradika ternyata mengeluarkan suara berkokok, sedangkan daging kambing yang dimakan Raksagati bersuara seperti kambing mengembik. Atas kejadian itu, adu kekuatan yang pertama ini dianggap seimbang.
     Kemudian dilakukan adu kekuatan yang kedua, yaitu memasang bubu (perangkap ikan) di halaman istana yg tidak ada airnya. Suatu kejaiban, di halaman istana yang tidak berair itu bubu sang Prabu ternyata berhasil menangkap ikan. Tapi lebih ajaib lagi, bubu Suradika ternyata berhasil menangkap putri sang Prabu. Dengan kejadian itu, sang Prabu kemudian menyatakan diri kalah, dan sebagai imbalan, Suradika kamudian ditikahkan dengan putri yang terperangkap bubunya tersebut. Suradika lalu diangkat menjadi pejabat pemerintah.
     Nama Suradika masih disebut-sebut di daerah-daerah Kaso, Bingkeng, Panulisan (daerah persawahan) di sisi sungai Cijolang. Menurut masyarakat di daerah itu, Suradika berjasa membuka areal persawahan di beberapa tempat di sisi sungai Cijolang. Setelah meninggal, Suradika dimakamkan di Cicadas, Malabar, Kecamatan Wanareja sekarang.

Sumber-sumber referensi:
1.        Tabloid Gosana
2.       Buku Pemerintah-pemerintah Di Tatar Sunda
3.       Buku Sejarah Cilacap terbitan tahun 1975 dan 2011
4.       Buku Sejarah kabupaten Ciamis
5.       Lembaran Silsilah pemerintah Dayeuhluhur versi keturunan Mataram
6.       Narasumber lain:
-           Keturunan asli Dayeuhluhur
-           Keluarga kuncen Pasarean Makam Jangkung

Terimakasi kepada  makamjangkung
Edit: By, Andri Pujianto

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN DAYEUHLUHUR 3 4.5 5 ZAILA CIJERUK Wednesday, 8 June 2011 CERITA SINGKAT KERAJAAN DAYEUHLUHUR (Bagian 3) G.   RINEKSA PANCA SATYA      Rineksa Panca Satya merupakan dasar filosofi dan jad...


No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
ZAILAZAILA ALIanzi Muda Mudi Limus Ageung. ALIanzi Muda Mudi Limus Ageung. ALIanzi Muda Mudi Limus Ageung. ALIanzi Muda Mudi Limus Ageung
J-Theme